Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Anonim

Luluh, sebuah lagu dari band Samsons terputar ketika gue sedang mengetik tulisan ini. Lagu ini cukup memorable buat gue, ya disamping MVnya agak creepy, tapi musik sama liriknya bagus sih. Dan alasan lain kenapa lagu ini memorable adalah karena lagu ini lagu yang paling sering gue puter saat di batam dulu, ketika gue yang untuk pertama kalinya bener bener baru terdampar di dunia yang biasa disebut "dunia yang sebenarnya." Apakah sekarang udah baik? Eehmmm enggak juga, walaupun gue mulai terbiasa tapi gue nggak bisa bilang semua lebih baik, selalu ada plus minus dari setiap kejadian, betul?  Mei 2019, gue lupa tanggal berapa saat seremonial perpisahan masa Sma gue diselenggarakan, tapi yang jelas hal itu yang paling gue nantikan, karena dua hal. Ya karena dua hal, pertama karena untuk pertama kalinya gue akan bebas ngelakuin apa aja, mau manjangin rambut bebas gak ada guru yang bakal negur, mau pake pakaian apa aja bebas nggak ada yang ngatur, paling kalau kita jadi budak korp...

Surat Untuk Kamu, Wanitaku

Assalamualaikum wr.wb. Hai, Apa kabar? Semoga kamu baik baik saja.  Gak banyak sih yang mau saya tulis, bahkan saya sedikit susah untuk memulai semua kata kata saya, seperti semua kata kata saya lenyap tersesap rasa kagum pada kamu, wanita yang akan selalu saya temui di pagi hari saya.  Saya bagian dari semesta, dan juga kamu, fakta itu tak terbantahkan. Saya, kamu dan semesta ini berjalan di dalam genggaman tuhan, termasuk bagaimana cara saya dan kamu bertemu di suatu hari nanti, dan bagaimana cara tuhan yang membuat waktu untuk memisahkan kita secara "sementara" sudah terskenario oleh naskah tulisan tuhan secara sempurna. Jangan berusaha menebak, karena di hari ini, saya belum tahu siapa kamu? Siapakah namamu? Dimanakah kamu sekarang atau mungkinkah kamu adalah orang yang saya kenal sekarang? Saya tak tahu jawabannya karena saya manusia biasa, tapi siapapun kamu saya yakin kalau kamu adalah wanita terbaik yang dikirim tuhan untuk saya. Terimakasih untuk telah mempercayakan ...

Akan selalu begitu

Katamu kau membenci pagi Disaat rekan sejawatmu membius bisanya Kau tetap anggun Kau tetap memagari bibirmu dengan senyum Walaupun kau sedikit memaksanya Katamu kau lemah bak daun kering yang tertiup angin Tapi Keluhmu sangat pelit Tangismu banyak Jelasmu padaku Katamu kau membenci pagi itu Tapi kau selalu kembali Kau selalu hadir  Untuk pura pura semua berjalan sesuai rekam nada Mengalun irama  Memungkas semua tangismu yang tertahan malam lalu Karena kamu memang begitu Dan akan tetap seperti itu Karena kamu, Salah satu singularitas alam semesta Dan hanya pada dirimu Rasa kagumku menempatkan dirinya dengan damai

Kita masih sama

Kita sudah tumbuh terlalu cepat Melewati batas waktu Melewati batas masalah yang mampu kita tanggung Kita sudah terbiasa berlagak baik baik saja Itu kita sekarang Kita yang nyaman untuk menipu diri Kita yang lelah untuk berpikir "Semua akan baik baik saja besok." Diri yang rajin menyembunyikan rapuhnya Tubuh yang rajin mengemban rasa sakitnya Hati yang terlalu bosan mengeluh Itu cerita kita sebenarnya Itu memang kita kita tidak benar benar bertambah kuat Hanya saja bosan untuk menyeka air mata untuk kesekian kalinya.

Saya dan Agama

Sudah hal yang lumrah jika anda tahu bahwa isu agama adalah hal tabu bagi saya, apalagi jika anda men genal saya secara langsung, anda pasti sangat tahu betapa saya menghindari hal berbabu agamis, dan jikalaupun saya terpaksa menghadapi percakapan sejenis saya hanya akan diam lalu menganggukan kepala dengan berkata "iya." Secara singkat. Ketabuan ini bermula dari ketakutan saya untuk terlihat religius, ketakutan saya bukannya tidak berdasar. Dasar argumentasi saya tentang religiusme adalah saya takut apabila orang orang melihat saya dari sisi agama. Kita ambil contoh, apabila saya dikenal religius oleh masyarakat, maka saya akan terlihat menyatu dengan agama di mata masyarakat, masyarakat akan melihat segala tindak tanduk saya sebagai suatu anjuran yang ada dalam kitab Al-Quran, melupakan fakta bahwa saya tetap seorang hamba yang berlumur dosa dan tak jemu untuk membuat dosa baru. Sifat menyatu ini yang membuat saya harus memikul beban membawa nama agama, bertanggung jawab at...

Pada dasarnya kita tidak benar benar dewasa dimata orang lain.

 Sejatinya, menjadi dewasa bukan tentang umur, tapi dari sikap. Kita sepakat bahwa menjadi dewasa itu amat merepotkan dan menyakitkan, menghadapi semuanya sendiri, berdiri diatas keputusan keputusan yang telah kita ambil dan bertanggung jawab atas pilihan hidup yang kita jalani, singkatnya dewasa adalah bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Saban hari sebuah postingan random mengalir di beranda facebook saya, postingan itu membahas tentang sebuah capture/screenshoot video tik tok tentang seorang wanita yang masih belia memacari pria yang sudah dewasa. Semua itu belum mampu menarik atensi saya sampai sebuah pernyataannya menelisik nurani saya. "Gue 16 tahun tapi pemikiran gue udah dewasa!" Tulisnya di kolom komentar video tiktok miliknya, lalu disambut ramai ramai komentar para penghuni dunia facebook yang fana, sebagian dari mereka berkomentar "gila 16 tahun gue masih main layangan di kebon." Atau "16 tahun gue masih maenan petasan terus gue masukin ke saru...