Langsung ke konten utama

Sebuah pertanyaan hidup

Gue bingung harus mulai darimana, mungkin ini adalah kesekian kalinya gue cerita soal kerinduan gue sama masa kecil gue. Tapi nggak pure 100% soal masa kecil gue sih, Gue lebih ingin membahas soal tujuan hidup.
  
  Oke gue mulai curhat online gue dari peristiwa kemarin. Kemaren itu sepupu cewek itu kawinan, eiittss gue bukan bahas gue pengen nikah -,-  gue lebih pengen cerita apa yang terjadi dibalik acara itu. Ngomong ngomong sepupu cewek gue punya adik cowok lagi ya bisa disebut kakak sepupu  gue yang lain, sebut aja bintang (Adek sepupu cewek gue) bintang ini  lebih tua gue 11 bulan, Dia mungkin salah satu sepupu gue yang paling "cerewet dan kadang tingkahnya malu maluin". Selain itu Ada Adit sepupu gue paling tua diantara 3 sepupu gue yang lain, setelah Adit ada Catur adik dari Adit sendiri. Jadi singkatnya kita adalah 4 bersaudara dengan yang paling tua adalah Adit dia lahir tahun 2001, gue 2002 januari, bintang 2002 desember dan Catur yang lahir ditahun 2004.

  Sebelumnya gue nggak dateng sama sekali ke acaranya, ya alasan bakunya karena gue enggak mau kejebak nostalgia lagi. Alasan lain karena gue yakin disana pasti gue uselles banget-,- jadi gue lebih memilih dirumah aja. Nah malem 2 hari sebelum acara intinya gue baru kesana, gue dateng sama ortu sekalian biar enggak ngerasa jadi orang uselles banget.  Saat gue dateng tepat setelah gue berhadap hadapan sama calon mempelai tiba tiba aja Bintang meluk gue dari belakang, sementara itu Catur juga tiba tiba nimbrung terus dipeluk sama Bintang. Bintang lalu bilang "wah anda paling pendek" (ngejek gue nih ya-,-. Dia meluk kita erat banget, seolah pengen bilang "Gue rindu sama kalian semua".  Gue cuma cengegesan aja, nggak tau harus ngerespon gimana, Disatu sisi gue ngerasa sedih karena kangen tapi disatu sisi gue juga udah sadar kalau kita nggak bakal ngejalanin itu semua....., lagi. Mereka punya dunia diluar gue, Dan gue juga punya Dunia lain diluar mereka, kita udah punya dunia masing masing, kalaupun kita ngumpul kita cuma reuni, kita ngumpul bukan  sebagai anak anak yang tertawa kenceng, lalu lari larian seolah dunia kita cuma satu dan dunia itu cuma buat bermain menikmati dunia. Kita berkumpul  sebagai 4 orang lelaki dewasa yang paham bahwa kita punya dunia masing masing.

Adit sibuk sebagai kelas 11, sibuk juga sama geng motor jadulnya,gue sering nangkep dia lagi berbincang sama orang lain seputar motor dia, itu Dunia yang udah dia pilih.
Bintang sibuk juga jadi kelas 10 dia juga sibuk sama geng motor 2 taknya, sering dia touring sama temen temen gengnya Mungkin itu Dunia yang udah bner bener dia pilih. Sementara terakhir catur, Dia sibuk jadi anak osis, sibuk di smpnya kebetulan dia anak kelas 9 smp jadi mungkin dia juga sibuk siap siap mau lulus.

  Sementara gue? Dikategorikan sibuk juga enggak bisa. Ya gue akhir akhir ini seneng nulis tapi gue nggak punya orang yang ngisi Dunia itu, gue ngerasa enggak ada suport dari orang yang bikin Dunia itu lebih berwarna. Kadang gue juga iri sama mereka yang udah bisa menikmati dunia mereka sendiri, sedangkan gue? Entahlah. Gue suka nulis, tapi Gue enggak tau siapa yang bisa bantuin gue mengisi tulisan gue.
Kadang gue ngerasa dunia gue seperti cuma berwarna kelabu, monoton dan enggak menarik. Kadang gue butuh seseorang yang nganggep menulis adalah sesuatu yang "mahal". Gue pengen nulis bisa jadi hal yang bisa gue banggain, jadi kalau mereka nanya siapa kamu? Gue bakal ngejawab "penulis" dengan rasa bangga. Beberapa bulan terakhir santer terdengar kabar kalau gue bakal dikirim keluar kota, gue bersyukur walaupun gue harus ninggalin orang tua gue, Gue pengen nemuin dunia gue dikota itu lalu pulang sambil bilang "yah,bu, inilah anakmu, anakmu sudah membanggakanmu dengan dunia yang dia pilih sendiri" dengan rassa bangga.
Jadi pertanyaan gue sekarang cuma, apa tujuan hidup gue?  Karena gue tau dari tujuan kita bisa nemuin dunia yang kita cari. Gue butuh jawaban atas pertanyaan itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Afterlife

  “Tidak… dia nampaknya tak akan bertahan lebih lama lagi.” “Aku harap ini adalah moment-moment terbaik di sisa hidupnya.” Suara berisik itu terus bersahut-sahutan diruangan tersebut. Akiong yang sudah lama di terpa oleh penyakit lansia kini telah sampai pada kekalahan atas pertarungan hidupnya selama ini. Dunia perlahan memudar dari kedua matanya. “Mungkinkah ini saatnya?” tanya Akiong dalam hati. “ah memang saat inilah waktunya.” Pungkasnya lagi kemudian disambut dengan gelap yang perlahan mulai menjalari penglihatannya. Tiiiitttt……… detector jantung menyala, meniupkan bunyi Panjang yang akhirnya mensunyikan ruangan tersebut. Semua Nampak tak percaya dan setengahnya telah menduga, beberapa orang diruangan tersebut saling berpandangan selama beberapa saat, sebelum akhirnya memeluk Akiong dengan isak tangis perpisahan.       ****** “ Ah dimana aku ini?” Tanya Akiong kaget, terbangun dari tidurnya. Matanya memutar sejenak, dipandanginya sekeliling ...

Yang akan terjadi pada kehidupan umat manusia di masa depan

  Masa depan adalah suatu periode waktu dengan berjuta ketidak pastian, kadangkala ia akan bersifat baik ataupun malah sebaliknya. Pendekatan-pendekatan yang bisa dilakukan oleh umat manusia hanyalah pada sebatas prediksi dengan probabilita kemunkinan terjadi yang sangat terbatas. Bisa aja hal itu meleset, namun bisa saja menjadi benar. Selain itu, ke akuratan dari prediksi tergantung dari sudut pandang dan persepsi orang lain pula. Kadang ke jelasan kalimat yang tidak utuh akhirnya menghasilkan sesuatu yang terlalu ambigu atau mempunyai dua makna yang bisa diartikan secara multilinier. Sehingga pada akhirnya kebenaran dari masa depan terkesan dirangkul dengan satu kalimat tanpa penjelasan terperinci.   Adapun masa depan adalah sebuah periode yang tidak menemui kepastian, namun bisa saya Tarik prediksi bahwa beberapa hal yang saya cantumkan mungkin bisa jadi hal yang akan terjadi di masa depan, walaupun tidak 100% benar, ataupun bisa 100 % salah, namun hendaknya semua perk...

Yuda dan Wulan

  Suatu hari disuatu sudut sekolah di pertengahan tahun 2018. Di sudut kelas ips 3, yuda seorang siswa setengah jangkung itu berdiri bersandar pada tembok kelas tersebut. Matanya untuk sekejap mengudara mengitari sudut sekolah yang mulai sepi. Hal ini karena angkatannya telah meninggalkan sekolah, dan hanya tersiksa adik-adik kelasnya yang masih berada di dalam kelas. Perbedaan kurikulumlah yang mengakibatkan hal ini bisa terjadi. “Baiklah anak-anak, sepertinya ada yang sedang menunggu kalian diluaran sana.” Kata Bu eko datang dari dalam kelas. Yuda yang sedari tadi melongok dari jendela tiba-tiba menunduk setelah seisi kelas mengalihkan pandangannya ke arah yuda. “Sialan. Bu eko kalau jail emang suka kebangetan.” Gerutunya. “Hei wulan, pangeran yuda sudah siap menjumputmu.” Kata salah satu anak mengejek. Wulan tersenyum sinis, perasaan malu dan senang itu bertarung hebat di dadanya. “Hei yuda, sedang menunggu siapa kamu disana?” Tanya bu eko seolah memulai interoga...