Suatu hari disuatu sudut sekolah di pertengahan tahun 2018.
Di sudut kelas ips 3, yuda seorang siswa setengah jangkung itu berdiri bersandar pada tembok kelas tersebut. Matanya untuk sekejap mengudara mengitari sudut sekolah yang mulai sepi. Hal ini karena angkatannya telah meninggalkan sekolah, dan hanya tersiksa adik-adik kelasnya yang masih berada di dalam kelas. Perbedaan kurikulumlah yang mengakibatkan hal ini bisa terjadi.
“Baiklah anak-anak, sepertinya ada yang sedang menunggu kalian diluaran sana.” Kata Bu eko datang dari dalam kelas.
Yuda yang sedari tadi melongok dari jendela tiba-tiba menunduk setelah seisi kelas mengalihkan pandangannya ke arah yuda.
“Sialan. Bu eko kalau jail emang suka kebangetan.” Gerutunya.
“Hei wulan, pangeran yuda sudah siap menjumputmu.” Kata salah satu anak mengejek.
Wulan tersenyum sinis, perasaan malu dan senang itu bertarung hebat di dadanya.
“Hei yuda, sedang menunggu siapa kamu disana?” Tanya bu eko seolah memulai interogasinya.
“Nggak ada… nggak ada kok bu.”
“hei lihat, dia berbohong.. dia telah membuat wulan marah.”
Yuda melongokan wajahnya Kembali ke jendela kelas yang kemudian di sambut tawa seisi kelas.
“dasar anak muda.” Bu eko menggeleng sambil tersenyum manis. “Masuklah dan ajaklah dia secara sopan.”
“Hah? Beneran bu?” tanya Yuda berusaha memastikan.
“Memang saya pernah bohong?”
Satu kalimat pertanyaan itu membuat Langkah yuda berat secara tiba-tiba. Tangannya yang kecil itu berusaha menguatkan ketenangannya dan mengusir kegugupannya secara cepat. Dengan Langkah gontai, ia mulai memasuki kelas tersebut dan mencoba membayangkan hanya ada dia dan wulan disana.
“Hei siapa yang menyuruhmu kesana?” Bu eko setengah menggerutu, kemudian menghentikan Langkah kaki Yuda. “kemarilah terlebih dahulu.”
Yuda pun menghampiri bu eko dengan perasaan setengah ingin pingsan. Dengan nyali sekecil kacang tanah, ia mencoba untuk menatap wajah-wajah adik kelasnya tersebut.
“ada yang kenal dengan dia siapa?”
“Yuda ips 2?”
“benar. Tapi kali ini biarkan wulan yang menjawabnya.”
Seisi kelas mulai memperhatikan wulan, wulan dibuat mati kutu oleh mereka.
“Wulandari tyas, apakah kamu kenal sesosok pria ini?”
“Iiiiyaaa…..” wulan menjawab dengan tergagap.
“coba sebutkan Namanya.”
“Yuda maulana?”
“Benar.” Bu eko tersenyum jahil. “Lalu apa nama panggilannya?”
“Yuda?”
Bu eko menggeleng “Bukan, panggilan sayang maksudnya.”
uwooooooooooooo
Seisi kelas ramai untuk sekejap, deselingi dengan senyuman jahil bu eko yang makin lebar.
Yuda menutup wajahnya melihat kelakuan orang tua keduanya itu, ini memang bukan pertama kalinya ia menjadi korban kejahilan Bu eko, namun melibatkan wulan bukanlah hal yang ia duga akan terjadi sebelumnya.
Wulan tersenyum. “Tidak, hanya Yuda saja.” Ia berusaha menjelaskan. “Kalau kalap kadang suka manggil si kakak pendek sih.” Sambungnya lagi lalu tertawa kecil.
Yuda yang mendengar hal itu kemudian melotot kearah Wulan, kemudian hanya di respond oleh ejekan dari Wulan.
*******
Deru motor bertebaran memenuhi parkiran sekolahan, diantara kerumunan pelajar itu, wulan memandang nanar ke arah jalan.
“Awas nanti kesurupan setan Cinderella.”
Wulan memalingkan wajahnya ke sumber suara. Dan dengan sedikit kesal ia mencubit lengan yuda.
“nggak ada ya Namanya kesurupan Cinderella.”
“Aduhh.. ada sih ya, Cuma Disney aja yang belum kepikiran.”
“Jadi kamu mau melebihi orang-orang di Perusahaan Disney sana?”
“Ya jelas. Nanti aku bakal bikin film, Cinderella ngesot.” Kata Yuda sambil tertawa.
Wulan tersenyum kecil melihat kelakuan kakak kelasnya itu.
“Udah naik, gak usah mikirin naskah Cinderella ngesot, orang nggak digaji sama Disney juga.”
Wulan pun menaiki motor yuda, dan memakai helm kesukaanya.
“Nggak gitu.. ya masa Cinderella yang Anggun gitu ngesottt
aneh-aneh aja lu.”
“Ya bisa aja kan dia kakinya kesleo terus akhirnya harus ngesot dulu.”
“kan ada kursi roda?”
“Maaf nona, Kursi roda nggak pernah exist di dunia Disney.”
“Ada yaaaa… siapa bilang gak ada.”
“oke kalau gitu sebutkan karakter Disney yang pakai kursi roda!?”
Wulan tersenyum manis lalu berpikir sebentar. “Nggak ada sih.”
“Nah itu… itu tandanya orang-orang di dunia Disney itu kakinya sehat walafiat semua.”
“Terserah kamu yudaa…. Terserahhhhh… nggak bakal kelar kalau ngomong sama si yuda sih ya.”
Yuda tertawa geli. “Salah siapa mau diajak ngobrol.”
“OKe aku diem kalau gitu.”
“eeehh jangan…” kata yuda “Aku takut
kamu nanti diem-diem tiba-tiba malah nahan mules, kan gak baik.”
“mana ada.”
“Ya udah makanya jangan diem.”
“Terus????”
“ya ngomongin apa kek, bu eko gitu atau siapalah.”
“gak suka ghibah.”
“Dih padahal kemaren abis ngomongin si rinjani.”
“Itu nggak di itung ghibah ya.” Kata wulan sambil tertawa “Itu pengecualian.”
“Dasar wanitaa….”
“Dasar pria…” wulan membalas, kemudian mengalihkan pandangannya ke hamparan persawahan di pinggir jalan. “Kemana kita?”
“Aku denger ada semacam tempat makan baru sih ya, keknya menarik buat dicoba.”
“Terserah deh, ngikut.”
“Mau cepet apa santai nih jalannya?”
“Terserah dehhhh pokonya, ngikut sama yang megang stang.”
“Ketik reg spasi cepat lalu kirim ke 888 untuk percepat motor.”
“Lu pikir smsan limbat?”
“Iya, soalnya yang dibelakang mirip limbat.” Kata yuda sambil tertawa lepas, kemudian disambut cubitan kesal dari Wulan.
Suka sama bu eko🤭 ternyata si yuda bisa manis2 ya🫣
BalasHapus