Langsung ke konten utama

Cita cita yang tak sampai

Semakin umur gue bertambah,semakin gue tau banyak hal. Adakalanya juga bertambahnya waktu membuat gue sadar tentang perubahan perubahan di tiap fase kehidupan manusia. Kali ini gw akan bicara soal sekolah dan karier. Karier, sebagian besar dimulai dari mimpi mimpi orang yang memimpikan sesuatu yang mereka anggap sesuai dengan diri mereka,singkatnya karier dimulai dari cita cita mereka sendiri.

Saat gw kecil, bude gue selalu nanya "ndo cita cita kamu mau jadi apa?" Saat itu juga gue menjawab tegas "mau jadi dokter tante",mendengar jawaban gw kadang membuat bude gue cuma bisa senyum,entah senyum karena gue yang emang terlalu polos atau emang karena gue punya cita cita yang menurut dia bagus.

Seiring berjalannya waktu,keyakinan gue soal dokterpun goyah,dan sampai akhirnya ketika berita soal malpraktik ketika gw mau lulus sd kerap terjadi akhirnya gue benar benar enggak mau jadi dokter sampai sekarang. Dan karena berita itulah dulu gue takut kalau sakit harus berobat kedokter,gw takut dokternya khilaf dan malah memberi gw obat yang salah. Untung kalau sakit gigi terus salah kasih obat encok,nah kalau sakit gw ternyata parah dan salah obat sampai akhirnya fatal gimana? Bisa phobia dokter 7 turunan gw.

  Lepas dari dokter gue nggak mau jadi apalagi,dan bahkan ketika gw ditanya temen soal cita cita gw,gw cuma bisa senyum kecut dan bilang "enggak tahu". Gue juga pernah ditanya soal cita cita sama guru gue entah pas sd atau smp,gw agak lupa. Ya gue jawab aja enggak tahu dan bingung,lembar kertas cita cita gw kosong melompong saat itu karena gw bingung sama cita cita gw sendiri.

Sejak smp gue juga sering nganter saudara kebandara,ya walaupun cuma nganter dan enggak naek pesawatnya,ya moga moga aja bisa naik pesawat plus lagi malah bisa naik pesawat sama naik haji hehehe. Pas smp juga sering terdengar banyak kabar soal kecelakaan pesawat,sampai sampai maskapai penerbangan indonesia mendapat rapor merah dari otoritas penerbangan dunia. Gw pun berpikir buat jadi tekhnisi pesawat,alasanya? Supaya gw bisa menjamin keselamatan tiap penumpang. Gw mulai berpikir hal ini ketika gw duduk dianjungan wisata terminal bandara ahmad yani semarang,ketika itu  pesawat yang saudara gw tumpangin belum take off,jadi kami sekeluarga nunggu di anjungan. Di anjungan itu banyak banget orang datang dan pergi. Sampai akhirnya gw sadar bahwa ada seorang wanita bersama seorang balita berdiri dibelakang gw. Si anak ceria banget berlarian kesana kemari dan tertawa (bukan lagu akadnya payung teduh ya)
Sementara wanita tadi terus mengecheck handphone yang dia genggam. Nggak seberapa lama sekitar 30 menitan ada seorang laki laki yang menghampiri mereka,lelaki itu datang dari arah pintu kedatangan. Setelah sampai didekat mereka berdua lelaki tersebut segera memeluk si balita tadi lalu menciumnya. Si balita senangnya nggak bisa dilukisin, dalam pelukan sang ayah si balita bilang "yeay papa pulang" dan itu terdengar beberapa kali.
Setelah memeluk anak tadi si wanitapun mencium tangan lelaki tadi,seolah membuktikan asumsi gw bahwa laki laki tersebut adalah suami dari wanita dan ayah dari balita tadi adalah benar.  "Capek pah?" Tanya wanita tadi "iyah pulang yuk" lalu si lelaki itupun menggendong balita yang ia cium tadi dan menggandeng tangan wanita tadi pergi,meninggalkan anjungan itu. Saat itu gw berpikir,kenapa nggak  jadi tekhnisi pesawat aja? Menjamin keselamatan banyak orang dan memberi banyak senyuman bagi setiap orang ketika pertemuan mengharukan seperti itu terjadi?. Dan mulai saat itulah gw punya sesuatu yang bisa gw anggap sebagai 'cita cita'.

Ketika gw masuk sma,hal yang sama dengan sebelumnya pun terjadi. Apalagi setelah gw tergabung di kelas ips,seketika gw sadar bahwa menjadi tekhnisi pesawat bukanlah bakat gw. Ditambah lagi ketika gw check situs salah satu perguruan tinggi yang punya prodi pesawat disana tertera bahwa syarat mutlaknya adalah lulus tes fisika. Muka gw memerah ketika melihat hal itu, ya aja gw lulus tes fisika wong ulangan aja udah nggak keitung berapa kali remidi.  Selain itu gw juga takut ketika gw menjalankan tugas sebagai tekhnisi pesawat gw ceroboh dan malah membahayakan nyawa banyak orang. Seketika tekhnisi pesawat gw coret dari kertas cita cita gw.

Mengenai sekolah,kadang gw kesel juga sama sekolah. Kadang sekolah lebih terasa mengejar nilai daripada mengejar apa yang jadi passion hidup gw. Jaman dulu gw suka kalau sekolah itu gampang kalau nilai kurang bisa remidi dan selesai. Tapi belakangan gw jadi agak nggak sreg karena hal itu membuat gw nggak mengenali apa yang jadi bakat gw. Gw jadi ngerasa hidup jadi lebih monoton,cuma dateng,duduk,dengerin guru,ulangan,remidi dan selesai. Padahal dalam hati kecil gw gw pengin melakukan hal lain lewat sekolah dan ingin juga sekolah jadi tempat mengasah bakat yang diberikan tuhan ke gw sejak gw lahir.

Untuk cita cita gw yang terbaru gw, gw berharap gw bisa jadi penulis kayak Raditya dika. Bener gw adalah salah satu penganggum buku yang dia tulis,ya walaupun cuma minjem buku perpus sekolah.

  Hal menarikpun tertangkap otak gw dari buku Raditya dika yang berjudul 'ubur ubur lembur' yang dirilis beberapa bulan lalu. Tepatnya di bab terakhir ketika dia bener bener sampai difase sama yang gw rasakan sekarang. Di bab terakhir dia menyebutkan suka duka jadi penulis,tapi karena dia memang suka ya jalani aja. Dia suka kerja dengan dunia dia sendiri sesuai hatinya dan berdiri dengan kakinya sendiri. Seketika gw tersengat sama tulisan radit ini,mengingatkan gw bahwa gw harus hidup dengan dunia yang gw pilih sendiri. Setelah pergulatan batin yang terjadi hari hari gw setiap hari termasuk di sekolah terjadi,gw bingung mau cerita dimana. Kadang gw terfikir sama yang ditulis bang radit jadi gw berfikir mungkin dengan jadi penulis gw bisa mengutarakan apa yang gw ingin katakan dan apa yang gw ingin tentang. Mungkin dengan blokg kecil kecilan gw ini gw bisa merilis buku yang bisa bikin banyak orang termotivasi,doain aja gengs.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Afterlife

  “Tidak… dia nampaknya tak akan bertahan lebih lama lagi.” “Aku harap ini adalah moment-moment terbaik di sisa hidupnya.” Suara berisik itu terus bersahut-sahutan diruangan tersebut. Akiong yang sudah lama di terpa oleh penyakit lansia kini telah sampai pada kekalahan atas pertarungan hidupnya selama ini. Dunia perlahan memudar dari kedua matanya. “Mungkinkah ini saatnya?” tanya Akiong dalam hati. “ah memang saat inilah waktunya.” Pungkasnya lagi kemudian disambut dengan gelap yang perlahan mulai menjalari penglihatannya. Tiiiitttt……… detector jantung menyala, meniupkan bunyi Panjang yang akhirnya mensunyikan ruangan tersebut. Semua Nampak tak percaya dan setengahnya telah menduga, beberapa orang diruangan tersebut saling berpandangan selama beberapa saat, sebelum akhirnya memeluk Akiong dengan isak tangis perpisahan.       ****** “ Ah dimana aku ini?” Tanya Akiong kaget, terbangun dari tidurnya. Matanya memutar sejenak, dipandanginya sekeliling ...

Yang akan terjadi pada kehidupan umat manusia di masa depan

  Masa depan adalah suatu periode waktu dengan berjuta ketidak pastian, kadangkala ia akan bersifat baik ataupun malah sebaliknya. Pendekatan-pendekatan yang bisa dilakukan oleh umat manusia hanyalah pada sebatas prediksi dengan probabilita kemunkinan terjadi yang sangat terbatas. Bisa aja hal itu meleset, namun bisa saja menjadi benar. Selain itu, ke akuratan dari prediksi tergantung dari sudut pandang dan persepsi orang lain pula. Kadang ke jelasan kalimat yang tidak utuh akhirnya menghasilkan sesuatu yang terlalu ambigu atau mempunyai dua makna yang bisa diartikan secara multilinier. Sehingga pada akhirnya kebenaran dari masa depan terkesan dirangkul dengan satu kalimat tanpa penjelasan terperinci.   Adapun masa depan adalah sebuah periode yang tidak menemui kepastian, namun bisa saya Tarik prediksi bahwa beberapa hal yang saya cantumkan mungkin bisa jadi hal yang akan terjadi di masa depan, walaupun tidak 100% benar, ataupun bisa 100 % salah, namun hendaknya semua perk...

Yuda dan Wulan

  Suatu hari disuatu sudut sekolah di pertengahan tahun 2018. Di sudut kelas ips 3, yuda seorang siswa setengah jangkung itu berdiri bersandar pada tembok kelas tersebut. Matanya untuk sekejap mengudara mengitari sudut sekolah yang mulai sepi. Hal ini karena angkatannya telah meninggalkan sekolah, dan hanya tersiksa adik-adik kelasnya yang masih berada di dalam kelas. Perbedaan kurikulumlah yang mengakibatkan hal ini bisa terjadi. “Baiklah anak-anak, sepertinya ada yang sedang menunggu kalian diluaran sana.” Kata Bu eko datang dari dalam kelas. Yuda yang sedari tadi melongok dari jendela tiba-tiba menunduk setelah seisi kelas mengalihkan pandangannya ke arah yuda. “Sialan. Bu eko kalau jail emang suka kebangetan.” Gerutunya. “Hei wulan, pangeran yuda sudah siap menjumputmu.” Kata salah satu anak mengejek. Wulan tersenyum sinis, perasaan malu dan senang itu bertarung hebat di dadanya. “Hei yuda, sedang menunggu siapa kamu disana?” Tanya bu eko seolah memulai interoga...