Anda anda semua pasti berfikir bahwa saya akan menyesatkan anda dengan tulisan saya kali ini. Jika iya, ambil kopi anda dan duduklah bersama saya.
Dalam semesta yang kompleks ini, hukum sebab menghasilkan akibat adalah hukum mutlak yang paling mutlak dan tidak terbantahkan, karena begitulah ilmu duniawi bekerja. Namun pada faktanya apakah semua sebab akan selalu mendatangkan akibat? Bisa jadi bisa tidak. Keterbatasan ilmu manusia membatasi kita untuk mempelajari jawaban dari pertanyaan pertanyaan yang belum terpecahkan. Layaknya sebuah misteri, konsep konsep keagamaan adalah konsep konsep yang terkadang susah di terima oleh akal kita sebagai manusia biasa. Namun apakah hal itu berarti membuat argumen "jika agama tidak mampu diterima akal, lalu apakah agama diciptakan untuk mahluk yang tidak berakal?" Justru tidak, konsep-konsep dalam agama acap kali berada di level berbeda dari ilmu keduniawian lainnya, hal ini yang membuat agama terkadang susah untuk ditelaah untuk ukuran logika manusia biasa.
Sederhananya begini, ada akibat ada sebab yang menyertainya terlebih dahulu. Nah jika apabila alam ini diciptakan oleh tuhan, lalu tuhan diciptakan oleh siapa? apakah tuhan merupakan sebuah proses alam? Jika benar maka berarti alam muncul terlebih dahulu? Benar bukan? Jangan sangka anda bisa menjawab paradoks ini, karena saya sendiri tidak punya jawabannya. Saya hanya menunjukan bahwa dalam beberapa saat konsep keagamaan memang susah dicerna logika. Kita yang terbiasa mengetahui ada awal dan ada akhir, akhirnya tak tahu apa ujung dari awal itu sendiri, padahal pada hakikatnya Allah adalah awal dari segala awal, awal dari sebelum kata awal ada, Allah adalah zat yang absolut, berada di level berbeda dengan alam dan kita yang ada sebagai ciptaanya sebagai makhluk biasa. Allah adalah angka 0 dalam sistem bilangan matematika, beliau adalah awal walaupun terkadang perannya tak "senyata" bilangan lainnya, 0 di kali bilangan apapun tetap menghasilkan bilangan 0, dan apabila bilangan apapun itu dibagi dengan 0 pasti jawabannya tak terbatas, tidak ada, atau bahkan kalkulator anda bisa meledak demi hanya bisa mengetahui hasilnya. Begitulah perumpamaan sifat Allah yang tak terbatas dan tak terjangkau oleh akal manusia, kita laksana kalkulator yang hanya bisa menggeleng geleng ketika ditanya tentang bagaimana agungnya Allah SWT.
Oleh karena dirinya yang maha agung sebagai awal dari segala awal, Allah menelurkan ilmu dan konsep agama yang berbeda level dalam penalaran manusia, namun beliau dengan senang hati menyederhanakannya melalui kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-rasulnya, menjadikan kita tahu gambaran kasar dari bagaimana ia bekerja dan bagaimana ia berkuasa, walaupun kita tak mampu menalar sepenuhnya.
Sosial dan agama adalah dua hal yang berjalan berdampingan. Tanpa agama, kehidupan sosial akan menjadi tak teratur, liar dan tak terkendali. dan sebaliknya, tanpa sosial, agama tak akan bekerja karena sosial sendiri adalah objek dari bagaimana agama bekerja. Dalam ruang sosial yang kompleks dengan segala perbedaanya, agama memberi peran sebagai pembatas dan petunjuk setiap individu dalam bertindak, dan bersikap. oleh karena sosial manusia yang mempunyai banyak kepala sebagai penafsir, dan ketidak mampuan kita menalar semua ajaran agama secara 100% konkret dan tidak multi tafsir, maka rentan terjadi berbagai perbedaan pendapat. Walaupun kalau saja ditinjau dari sisi sudut pandang yang berbeda mungkin bisa saja valid kebenarannya. Perbedaan pendapat adalah sebuah hal lumrah dalam masyarakat, hal ini menandakan bahwa dengan keagungannya tuhan, beliau mampu memberikan kita akal yang cerdas sehingga membuat kita bisa berfikir sampai sejauh ini.
Dalam konsep keagamaan yang rumit ini, Filsafat sebagai induk dari segala ilmu sosial, memberi jembatan atau pendekatan besar bagi kesenjangan Ilmu agama dan akal manusia. Filsafat sebagai ilmu sosial yang kompleks ini menerjemahkan berbagai ajaran agama sampai ke tahap yang bisa dimengerti oleh manusia. Walaupun filsuf-filsuf muslim sendiri masih kalah tenar dengan plato, aristoteles dan lainnya, namun peran peran mereka tak bisa dipungkiri besarnya dalam memberikan filosofis-filosofis agama dalam kehidupan manusia banyak.
pendekatan agama adalah hal yang unik. agama yang merupakan ilmu pasti, tidak memiliki satu pendekatan yang sama dengan ilmu pasti lainnya. sifat agama yang universal menyangkut pada hubungan sosial dan hubungan dengan sang Khalik. ini berarti agama menuntun kita pada satu konsep keterkaitan sosial dengan sang Khalik. keberadaan agama adalah penengah dan penghubung antara realitas duniawi dengan dunia yang belum kita ketahui pastinya. dari pendekatan yang spesial inilah, muncul beberapa-beberapa pertanyaan yang mengambang pada skala ambiguitas. pertanyaan inilah yang menjadi tolok ukur manusia awam tentang konsep keagamaan, bagaimana agama kerap kali di sangkut pautkan pada proses takhayul yang tidak teruji kebenaranya. padahal, dalam faktanya Allah sendiri telah menunjukan dirinya secara nyata tanpa kita sadari. seperti pernyataan alamiah tentang bumi di QS; Al-Israa (17) :(12) yang menunjukan bahwa Allah sendirilah yang telah mengatur segala rupa bumi sampai akhirnya ilmu-ilmu duniawi bisa memecahkannya.
saya sempat terpikirkan suatu konsep keagamaan ketika saya menonton ringkasan film Intestelar, film karya Christoper Nolan ini, cukup mind blowing menurut saya, jadi saya anggap sangat wajar ketika film tersebut diganjar dengan berbagai penghargaan. dalam film tersebut, cukup menjelaskan bagaimana realitas kita bekerja. konseptual antara 2 dimensi, 3 dimnsi, sampai dimensi ke 5 adalah sebuah langkah praktis dalam menyelami bagaimana realitas kita bekerja. benar bahwa konsep film ini adalah berbasis dari Ilmiah, namun ada satu pembicaraan menarik ketika sang tokoh utama bertanya pada salah satu rekannya, tepatnya saat mereka berdua terjebak di dunia 5 dimensi, dimana waktu dan realita menjadi tak teratur, satu kalimat di adegan tersebut telah menelisik saya ketika rekan tokoh utama berkata "makhluk dimensi ke 5 lah yang telah menciptakan ruang ini." ini seolah menjelaskan kita bahwa manusia merupakan mahkluk dimensi ketiga, dimana kita tidak bisa memahami dimensi-dimensi diatas kita secara konkret. hal ini sangat bisa disandingkan dengan ilmu agama yang telah saya sampaikan tadi, bahwa agama sendiri merupakan ilmu yang ada dimensi berbeda. karena pada hakikatnya sendiri, kita hanya mampu memahami dimensi yang sama dengan kita, seperti dimensi ketiga tentang bangun ruang, volume, ukuran dan semacamnya, serta dimensi-dimensi dibawahnya yang berupa garis, tinggi, panjang dan sebagainya. namun apakah kita sama sekali tidak mengetahui dimensi diatas kita? tidak, kita mengetahuinya, namun masihlah terbatas kapasitasnya. seperti dimensi ke empat yang diwakili oleh waktu. kita tidak bisa memahami waktu secara pasti karena letak dimensinya yang lebih tinggi dengan kita, namun toh pada faktanya kita tetap tahu kalau waktu itu ada dan bukan hanya dongeng fiksi saja. hal inilah yang bisa kita terapkan terhadap bagaimana kita memahami agama sebagai satu ajaran diatas dimensi kita. sehingga konotasi-konotasi keraguan dari ekssistensi Allah sendiri bisa dihapuskan atau bahkan dilenyapkan.
namun ketidak tahuan dan keterbatasan kita dalam memahami konsep agama bukan berarti membuat kita harus pesimistis terhadap kemampuan manusia dalam memahami ilmu-ilmu keagamaan. ketidak tahuan kita patutnya mendorong kita pada sikap tertantang untuk mencari tahu kebenaran dan implementasi agama secara benar. bukan berarti pula menuntun pada satu konsep yang menuntun kita untuk berpikir diluar kodrat kita sebagai manusia, yang akhirnya bermuara pada ketersesatan kita dalam memahami ilmu agama.
Baca artikel detiknews, "Bentuk Bumi Bulat atau Datar? Ini Penjelasan dalam Alquran" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-4742496/bentuk-bumi-bulat-atau-datar-ini-penjelasan-dalam-alquran.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Baca artikel detiknews, "Bentuk Bumi Bulat atau Datar? Ini Penjelasan dalam Alquran" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-4742496/bentuk-bumi-bulat-atau-datar-ini-penjelasan-dalam-alquran.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Baca artikel detiknews, "Bentuk Bumi Bulat atau Datar? Ini Penjelasan dalam Alquran" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-4742496/bentuk-bumi-bulat-atau-datar-ini-penjelasan-dalam-alquran.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Komentar
Posting Komentar